Selasa, 11 Februari 2014

SI WALANG KEKEK

SI WALANG KEKEK

SI WALANG KEKEKNama Waldjinah bagi penggemar lagu-lagu keroncong atau langgam Jawa begitu melegenda. Sosok wanita berusia 65 tahun itu tidak bisa lepas dari dua aliran musik itu. Eksistensi dan konsistensi sudah tidak bisa diragukan lagi. Bahkan sebagian kalangan menilai apa yang dilakukan wanita kelahiran Solo, Jawa Tengah itu sungguh luar biasa. Sudah berbagai penghargaan dan prestasi ia raih baik dari dalam dan luar negeri.
Jika di masa sekarang artis dan penyanyi kita sering mengembar-gemborkan untuk bisa eksis di mancanegara alias ‘go international’, ternyata Waldjinah sudah melakukannya sejak puluhan tahun silam. Negara-negara seperti Belanda, Suriname, Singapura, Australia sudah pernah ia singgahi untuk menyanyikan lagu keroncong. Bahkan Waldjinah pernah membuat rekaman musik keroncong yang diaransemen musik Jepang di Tokyo.
Waldjinah bukanlah penyanyi karbitan seperti banyak dijumpai di negeri kita. Ia mulai berkarir sejak usia 14 tahun. Waldjinah kecil saat itu mengikuti lomba Ratu Kembang Katjang yang diadakan RRI Solo pada 1968. Waldjinah yang berasal dari keluarga tidak mampu itu berhasil menjuarai lomba itu walaupun ketika menyanyi terpaksa menggunakan “dingklik” alias kursi kecil untuk menopang tubuhnya karena mulutnya tidak sampai ke mikropon. Dari lomba inilah pelan tapi pasti karir anak bungsu dari 10 bersaudara itu terus meningkat. Berbagai lomba dan festival keroncong berhasil ia menangkan. Dan, akhirnya ia banyak mendapat undangan untuk menyanyikan lagu keroncong di luar negeri.
Waldjinah juga banyak mencetak hits pada lagu-lagu keroncong yang dinyanyikan pada masa itu. Sebut saja, Ratu Kembang Katjang (1959), Yen Ing Tawang ono Lintang ( 1964), Langen Sari (1967), Walang Kekek (1968), Ayo Ngguyu (1969) adalah lagu-lagu yang sangat akrab bagi masyarakat Jawa pada waktu itu. Bahkan satu di antara lagu-lagu itu ada yang tak terlupakan hingga saat ini adalah “Walang Kekek”. Lagu Walang Kekek melegenda karena acap kali diputar di RRI sebagai pembukaan pengumuman NALO (Nasional Lotre) yang sangat digemari masyarakat Indonesia pada era 1970-an.
Kiprah Waldjinah tak lekang oleh waktu dan tidak tergerus kemajuan jaman. Itu dibuktikan dengan kemampuannya menyanyikan lagu-lagu keroncong yang berkolaborasi dengan musisi-musisi masa kini. Waldjinah tercatat pernah berkolaborasi dengan Padi, D’Massive dan mendiang Chrisye. Berkolaborasi dengan Chrisye bagi Waldjinah sangat berkesan. Bahkan ketika konser “Kala Cinta Menggoda” usai, hubungan pertemanan antara Chrisye dan Waldjinah semakin erat dan layaknya sebagai saudara sendiri. Bahkan ketika Chrisye wafat, Waldjinah menyesal karena tidak bisa datang melayat. “Saya mendengar berita meninggalnya Mas Chrisye ketika sedang menerima penghargaan. Tahu gitu, saya tidak datang ke acara penghargaan itu karena lebih baik melayat ke tempat Mas Chrisye,”kenang Waldjinah penuh sesal.
Walau saat ini kondisi kesehatan Waldjinah sudah tidak fit lagi, namun semangat untuk melestarikan musik keroncong terus berkobar. Di garasi rumahnya di Solo, Waldjinah membuka sekolah keroncong bagi pemuda dan pemudi secara gratis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar