Selasa, 11 Februari 2014

Seribu Kaki Sejuta Asa !

SERIBU KAKI, SEJUTA  ASA Sejak program 1000 kaki palsu diluncurkan tahun lalu, Kick Andy telah membagikan kepada sekitar 700 penyandang cacat kaki di seluruh Indonesia. Dan khusus di episode kali ini, Kick Andy mengajak anda menemui sebagian dari mereka yang sudah menggunakan kaki palsu tersebut.
Pada perjalanan kali ini sang host Andy F. Noya yang ditemani pembuat kaki palsu Sugeng Siswoyudhono menemui penerima di Kota Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan Bandung. Kick Andy secara langsung ingin melihat kondisi dan aktivitas para peserta program sekaligus melihat kebangkitan mereka setelah memakai kaki palsu.
Di Jakarta, Andy F. Noya dan Sugeng menemui Sutrisno, seorang guru SMK yang menjadi salah satu penerima kaki palsu dari Kick Andy. Sutrisno adalah penyandang cacat sejak lahir, namun ia pantang menyerah, ia melakukan segala upaya untuk terus sekolah hingga bisa menjadi guru. Saat ditemui di ruang kelasnya saat mengajar, Sutrisno membeberkan pengalaman inspiratifnya sebagai sosok penyandang cacat yang pantang menyerah.
Di Parung Bogor, Kick Andy menemui ibu Winda, yang telah menerima kaki palsu kira-kira setahun lalu. Ibu Winda harus kehilangan kaki kirinya, di usia 12 tahun karena dipatuk ular saat menyapu. Tahun lalu, seorang tentara, bernama Pak Isya menemukan ibu Winda saat mengantri bantuan sembako. Atas keikhlasannya, Pak Isya kemudian mendaftarkan winda ke program 1000 kaki palsu gratis Kick Andy Foundation, sehingga Winda pun kini bisa melepas tongkat penompangnya saat beraktivitas.
Ibu Winda sekarang mengajar ngaji, membagi ilmu agamanya dengan sekitar 100 anak-anak di Desanya. Ibu Winda yang selalu terlihat ceria ini, akhirnya tak tahan menahan tangis saat bertemu dengan Andy F. Noya. “Alhamdulillah Pak, dunia akherat terimakasih,” ujarnya.
Dari Bogor, Andy dan Sugeng meneruskan perjalannya ke Sukabumi. Di sana, mereka menemui seorang anak muda bernama Dedy Kesi Ramlan yang pernah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Dikisahkan oleh Dudy, bahwa setelah mengalami kecelakaan, ia lebih mengalami depresi dan tak mau keluar rumah. Tapi ketika Kick Andy berkunjung, penerima kaki palsu ini sedang asyik berlatih main band bersama teman2nya. Di grup yang mereka namakan ‘Band Vegasus’ ini Dudy menjadi salah satu pemain gitarnya. Band ini, konon sudah cukup punya nama di Kota Sukabumi.
Di depan Host Kick Andy dan pembuat kaki palsunya, Dudy dan teman-temannya unjuk kemampuan dengan menyanyikan lagu ciptaan mereka. Di kesempatan ini juga Dudi mendapat hadiah yang tak terlupakan, karena Sang Host Kick Andy mempertemukannya dengan salah satu gitaris pujaannya dan bisa bermain gitar bersamanya.
Sementara itu, kisah Sutopo yang ditemui host Kick Andy di Lapangan Sabuga Bandung akan memberikan kita sebuah gambaran, bahwa cacat tak menghalanginya untuk terus berprestasi. Sutopo adalah atlet lari jarak pendek yang pernah meraih medali perungu di Porda beberapa tahun lalu.
Sutopo harus kehilangan kakiknya saat umur 10 tahun, karena jatuh dari kereta api. Meski bukan pertama kali memakai kaki palsu, tapi sutopo mengaku kualitas kaki palsunya kali ini sangat bermanfaat bagi aktivitasnya sebagai atlet lari jarak pendek. Keseharian ayah satu anak ini adalah penjaga warnet. Di luar itu ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti porda 2010.
Pria dari satu putri ini sangat bersemangat sekali bertemu dengan Andy F. Noya dan Sugeng, ia kemudian mendiskusikan berbagai persoalan kaki palsunya. Dan Sebagai bentuk apresiasi pada Sutopo, maka Kick Andy akan kembali memberikan satu kaki palsu yang di design khusus, guna persiapannya di Porda tahun depan. Atlet penyandang cacat itu tampak bahagia saat Andy F. Noya memberinya sepasang sepatu. Ia mencoba sepatu barunya dengan berlari yang kemudian diikuti oleh Sugeng. Mereka berlari berdua sambil tertawa riang.
Di Cimahi Andy F. Noya & Sugeng bertemu dengan Kulsum, seorang pekerja di Salon Harris. Kulsum adalah anak penyandang cacat lahir yang kini hidup mandiri. Dulu dia tinggal di panti cacat Cibabat, Cimahi. Kini dengan kaki palsunya, Kulsum mulai hidup mandiri dengan mengontrak kamar dan bekerja.
Host Kick Andy secara khusus memuji Haris, pemilik salon yang mau mempekerjakan seorang penyadang cacat di salonnya. Di tempat kerjanya, Kulsum mendapat perlakuan yang sama dengan pegawai lain. Ia mengaku semangat bekerja bahkan memiliki keinginan membuka salon sendiri kelak.
Penutup perjalananan Kick Andy kali ini adalah kota Lampung. Bertepatan dengan ulang tahun Koran lampung Post, Agustus lalu, Kick Andy menyerahkan 32 kaki palsu pada penyandang cacat di Lampung, selain itu Kick Andy melakukan pengukuran pada 60 penyandang kaki palsu lainnya.
Dua diantara penerima kaki palsu di Lampung adalah Wahyudi dan Azis. Wahyudi adalah seorang pengamen yang mengalami kecelakaan jatuh dari kereta api beberapa tahun lalu. Ia sehari-hari memakai tongkat untuk beraktivitas termasuk mencari nafkah. Ia mengaku pemberian kaki palsu ini semakin memberikannya asa untuk bisa berikhtiar lebih giat lagi. Sementara Azis adalah pelajar sekolah dasar yang harus kehilangan kakinya, juga karena terlindas kereta api. Aziz yang selalu juara kelas ini mengaku senang dan akan semakin giat belajar setelah mendapat kaki palsu.
Seperti juga para penerima kaki palsu lainnya, Azis mengucapkan beribu terimakasih pada para donatur yang telah mendonasikan dananya melalui Kick Andy Foundation. Bagi Aziz dan peserta program “1000 Kaki Palsu Gratis Kick Andy” lainnya, pemberian kaki palsu sudah memberinya sejuta asa untuk menyambut masa depan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar