Kehidupan adalah harmoni, baik itu harmoni dalam kebersamaan manusia dan manusia lain atau manusia dengan alam semesta. Dan Kick Andy On Location kali ini, akan mengangkat kisah ispiratif tentang dua tokoh yang berhasil membangun harmoni tersebut. Dua kisah kali ini datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kisah pertama datang dari Desa Dengok, kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul. Adalah Siti Badriyah, seorang penggiat pramuka yang sudah akrab dengan pohon sejak remaja. Meski wilayah Gunung Kidul memiliki sturktur tanah yang tandus, Siti terus berupaya untuk bisa menghijaukan wilayahnya. Kurangnya sumber air bersih masa itu, membuat Siti semakin semangat untuk terus menanam pepohonan. kebiasaan perempuan yang hobi berorganisasi ini semakin meningkat, tatkala ia bergabung dengan Paguyuban Pengeloaan Hutan Rakyat atau PPRH Ngudi Lestari. Organisasi yang didominasi kaum lelaki ini, membuat ia semakin yakin terhadap pentingnya menjaga kelestarian hutan.
Atas upayanya bersama paguyuban itu, hutan rakyat seluas 229,10 hektare di Desa Dengok berhasil disertifikasi. Tak ada lagi sistem tebang butuh. bagi mereka yang menebang satun pohon, diwajibkan menanam lima pohon. Tandusnya tanah, susahnya sumber air kini hanya tinggal cerita di bagian Gunung Kidul itu. Kehijauan hutan rakyat di desa dengok kini menjadi sebuah pemandangan yang bisa dinikmati siapapun.
Mencintai lingkungan diwujudkan Siti badriyah dalam berbagai aspek kehidupannya. Selain terus aktif bersama Paguyuban Pengelolaan Hutan Rakyat, Siti mensosialisasikan semangat pelestari kepada kelompok masyarakat lainnya.
Mencintai lingkungan diwujudkan Siti badriyah dalam berbagai aspek kehidupannya. Selain terus aktif bersama Paguyuban Pengelolaan Hutan Rakyat, Siti mensosialisasikan semangat pelestari kepada kelompok masyarakat lainnya.
Tak hanya peduli pada lingkungan alam, Siti juga peduli pada lingkungan sosialnya. Sejak lima tahun lalu, ia memiliki kegiatan untuk mengentaskan buta huruf. Ratusan warga kini sudah bisa terbebas dari buta aksara.
Tidak cukup dengan memberikan pelajaran aksara, Ia juga membagi ilmunya tentang pengelolaan lingkungan pada warga belajarnya di Paguyuban Aksara Green. Para warga belajar diajarkan bagaimana mengelola sampah, memanfaatkan limbah, budidaya tanaman ekonomi, budidaya ternak dan ikan, hingga berbagai keterampilan yang bermanfaat bagi peningkatan ekonomi keluarga peserta. Tak salah kiranya, jika di tahun 2012 Siti Badriyah mendapat anugrah pelestari lingkungan kalpataru nasional. upayanya dalam mewujudkan cinta lingkungan dan sosial memang layak dihargai.
Sementara itu dari wilayah Bantul, kami punya kisah tentang seorang tokoh bernama, Chabib wibowo. Dia adalah seorang mantan anak jalanan yang sempat terkatung-katung puluhan tahun dalam buramnya kehidupan di jalanan di berbagai kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Yogyakarta.
Itu cerita lama. Karena Chabib yang sekarang adalah pendiri dan pengelola panti atau rumah singgah bagi anak-anak jalanan dan gelandangan di Yogyakarta, terutama bagi mereka yang tidak akan kembali ke jalanan dan berhenti menjadi pecandu narkoba.
Saat ini pondok Hafara memiliki 70 orang penghuni. Dari 70 orang tersebut, 20 orang gila yang sebagian dari mereka sudah sembuh. Selebihnya ada 22 di anak-anak, dan ada 7 keluarga gepeng atau gelandangan dan pengemis . Mereka ditampung dalam rumah-rumah gubuk yang dibuat dari bilik sederhana. Hafara, menampung mereka dan dibantu untuk terpenuhi hak-haknya terlebih dahulu seperti pembuatan KTP.
Agar mereka tak kembali ke jalanan, Hafara memiliki banyak program, seperti ; pendidikan calistung, belajar seni budaya, hingga pelatihan keterampilan dalam budidaya jamur, pepaya, dan ikan. Kegiatan yang terakhir ini ditunjukan sebagai pengetahuan tambahan dan kegiatan ekonomi mereka.
Hafara juga menyelenggarakan program pendidikan bagi anak-anak yang tinggal di pondok. Mereka akan dibantu beljar hingga memperoleh ijazah dengan mengikuti ujian kejar paket. Saat ini, kurang lebih telah ada 100-an anak yang merupakan lulusan Hafara dan telah memiliki ijazah. Sementara ittu, sekarang ada 20 anak yang sudah masuk sekolah formal dari tingkat taman kanak-kanak, sampai sekolah dasar.
Banyak prestasi yang sudah diperoleh panti dan Chabib sendiri telah menerima penghargaan satya lencana kebaktian sosial dari presiden di jakarta tahun 2010.
Masa lalu mungkin buram atau tanpa harapan, tapi itu tidak berarti masa kini dan mendatang tanpa cahaya. Ini yang telah dibuktikan oleh kedua nara sumber tadi, serta ada satu kisah lain yang tak kalah menariknya di episode kali ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar