Selasa, 11 Februari 2014

Mencari Jejak Sang Petualang

Mencari Jejak Sang Petualang
Mencari Jejak Sang PetualangTerakhir mereka melihat Bagus naik ke atas perahu yang sudah terbalik dengan wajah yang tampak tak percaya atas apa yang sedang terjadi. "Sementara arus laut yang mulai memisahkan kami," tutur Budi Kurniawan, salah satu tim Jejak Petualang TV7, yang mengalami musibah di perairan Laut Arafuru, Papua. Sejak saat itu keberadaan Bagus Dwi rekan mereka beserta tiga awak longboat tidak diketahui. Sementara tim SAR secara resmi sudah menghentikan pencarian setelah tujuh hari lamanya berupaya menemukan kameramen TV7 itu. Kick Andy Kamis 13 Juli 2006 nanti mengangkat pengalaman mendebarkan empat anggota tim Jejak Petualang yang selamat setelah perahu mereka terbalik saat sedang melakukan liputan di Papua. Dalam perjalanan dari Agats menuju Timika, perahu mereka dihantam ombak dan terbalik. Ketujuh penumpang terlempar ke laut dan harus berjuang menyelamatkan nyawa. Empat di antara mereka, Doddy, Wendy, dan Budi serta Medina Kamil, satu-satunya wanita, berhasil bertahan dengan menggunakan dry box kedap air selebar dua kali papan catur dengan tinggi sekitar 30 cm sebagai pelampung. Setelah 20 jam terombang ambing di lautan luas, di kegelapan malam yang dingin, paginya mereka berempat terdampar di pulau kecil yang tidak berpenghuni. Pulau itu hanya ditumbuhi pohon bakau dan tidak ada air bersih. "Untung hujan jadi kami bisa minum air hujan. Juga ada genangan air hujan yang tertampung di akar-akar pohon," tutur Doddy. Saat mulai kelaparan, Medina berinisiatif memakan siput laut mentah-mentah. Setelah korek api gas yang mereka bawa berfungsi, siput itu dipanggang. "Empat hari kami bertahan dengan cara itu sebelum ditemukan tim SAR," ungkap Wendy. Di Kick Andy, keempat kru Jejak Petualang itu mengungkapkan perasaan mereka selama di laut dan di pulau serta kenangan mereka terhadap Bagus Dwi yang masih terus dicari. "Tuhan, lindungilah anak kami. Biarlah Bagus dapat kembali berkumpul bersama keluarga lagi," doa itu dipanjatkan oleh ayah dan ibu Bagus, yang tetap berharap anak mereka selamat dan saat ini sedang berada di suatu tempat yang belum ditemukan orang. Musibah di laut itu mengingatkan kita pada beberapa peristiwa mengerikan. Salah seorang korban Kapal Tampomas II yang tampil di acara ini juga menceritakan detik-detik mengerikan dalam hidupnya. Setelah terapung-apung dua hari di atas kapal yang terbakar, dia dan suaminya harus memutuskan untuk terjun ke laut tanpa pelampung. "Kami berbagi tugas. Suami saya menggendong anak yang berusia 2,5 tahun, saya anak yang tujuh tahun," kenang Irma. Dia melihat sang suami beserta anak dalam gendongannya lompat duluan, baru Irma, sambil mendekap sang bayi, menyusul terjun. Tujuh jam lamanya Irma berusaha bertahan untuk tidak tenggelam. Bahkan dia harus rela melepaskan sang bayi dari dekapannya ketika sudah tak bernyawa. "Saya bertekad harus tetap hidup karena di rumah ada satu anak lagi yang membutuhkan saya," tutur Irma, yang mengaku sejak suaminya terjun mereka tidak pernah lagi berjumpa. "Jika mengalami musibah di laut, jangan panik. Jangan buang-buang tenaga percuma," ujar Freddy Sutrisno, Ketua Global Rescue, memberi tips bertahan hidup di laut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar