Selasa, 11 Februari 2014

Dibalik Pesona Bali :)

DI BALIK PESONA BALI
Siapa tak kenal Bali? Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai karya seni-budayanya. Kickn Andy On Location kali ini akan mengajak anda semua menuju Bali, untuk berwisata hati. Karena Kami akan ajak pemirsa ke dalam keindahan kisah inspirasi tentang orang-orang yang berjuang pantang menyerah demi sesama.
Kisah pertama hadir dari Desa Songan, Kintamani, sebuah Desa dengan pemandangan indah di pesisir utara Danau Batur. Adalah seorang pemuda bernama Pande Putun Setiawan (36) yang rela meninggakan jabatannya sebagai manager di perusahaan besar, demi untuk mengabdi dan membantu anak-anak di sekitar kotanya untuk bisa berpendidikan lebih baik.
Upaya Pande untuk mengabdi bukanlah tanpa kendala. Awalnya banyak orang sinis dan bahkan orang tuanya sendiri menganggap ia gila, karena ia memilih mengunjungi desa-desa miskin, ketimbang bekerja di kantoran. "Saya sampai diruwat 3 kali," kata lulusan pasca sarjana UGM ini.
Melihat kenyataan bahwa masih banyak anak-anak di Bali yang belum memiliki pendidikan yang cukup baik, Pande kemudian mendirikan Komunitas Anak Alam di tahun 2009 bersama para relawan dari berbagai kalangan. Misi dari Komunitas Anak Alam adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak dari kampung-kampung terpencil di Bali, agar mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang lebih layak, Pengalaman hidup dan akses pengetahuan yang lebih baik.
Maka sejak itu hingga sekarang, Pande dan komunitasnya terus berupaya untuk meningatkan pendidikan dan kualitas hidup anak-anak di desa terpencil di Bali yang mayoritas hidup dalam kesederhanaan. Para relawan tak hanya memberikan pendidikan dan pengetahuan tambahan, kadang mereka juga menggantikan tugas banyak guru di sekolah-sekolah terpencil.
Anak-anak di komunitas alam adalah anak-anak siswa Sekolah Dasar hingga menengah, yang hidup di beberapa wilayah seperti, Kaldera Danau Batur, Kintamani, Karangasem, Lovina, Tabanan hingga Klungkung. Hingga saat ini dana operasional mereka dilakukan secara swadana. "Kami hanya membantu pemerintah sebisanya," kata Pande.
Kisah lain datang dari Tampaksiring, Gianyar, Bali. Ini kisah tentang para difable yang mengisi kehidupan dengan penuh makna.
Adalah Ni Putu Suriati, seorang penyandang difable kaki, akibat penyakit polio yang menyerangnya saat usia 1,5 tahun. Bersama sesama penyandang disabilitas, ia kemudian mendirikan Yayasan Senang Hati, pada 5 Mei 2003. Yayasan ini membantu para penyandang disabilitas untuk mengembangkan rasa percaya diri, kemandirian fisik dan ekonomi, serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hak-hak penyandang disabilitas.
Yayasan Senang Hati menampung para penyandang disabilitas seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa. Saat ini ada sekitar 25 orang dari mereka tinggal dan beraktivitas di panti. Secara keseluruhan Yayasan menjadi tempat belajar bagi sekitar 200-an penyandang disabilitas. Mereka berasal dari berbagai daerah, sebagian besar dari Bali.
Banyak kesempatan yang didapat oleh para penyandang disabilitas di yayasan ini, karen banyak kelas pelatihan yang diadakan. Selain untuk bekal pengetahuan dan keterampilan, pelatihan-pelatihan ini dimaksudkan juga untuk pemberdayaan ekonomi para anggotanya. Salah satu kegiatan usaha yang menarik adalah aktivitas di restoran khas makanan Bali yang mereka kelola. Sebuah restoran yang hanya buka sesuai pesanan. Hasil karya anggota panti juga dipajang dan dijual di restoran ini. Hasil penjualan hasil keterampilan itu 85% dikembalikan pada pengrajin yang juga anggota yayasan, sisanya sebagai kas yayasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar