Konsistensi Chattam menghidupkan kesenian khususnya tari topeng di
Malang akhirnya mulai berbuah manis. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Malang yang getol mengapresiasi kesenian, mengangkat kehidupan guru
sanggar seni Swastika ini ke dalam sebuah film, Jumat (29/7).
Mengambil setting Candi Badut, Chattam yang di film perdananya ini
membawakan tari topeng Bapang ini masih nampak canggung berakting di
depan kamera. Beberapa kali adegan yang dilakukan masih belum pas sesuai
keinginan sutradara, sehingga harus diulang-ulang.
Chattam mengungkapkan tari topeng Bapang merupakan salah satu
pertunjukan yang biasa ditarikan dalam wayang topeng Malang. Bapang
konon ceritanya adalah salah satu tokoh adipati di masa Kerajaan Kadiri,
Banjar Patoman.
“Beda dengan wayang kulit, atapun maupun kisah Mahabarata dalam
peperangan selalu ada pembunuhan. Dalam tari Bapang meski ada peperangan
tidak pernah ada pembunuhan,” jelas Chattam, Jumat (29/7).
Perbedaan lagi dengan wayang kulit ataupun wayang dari Solo dan
Jogjakarta kalau berperang selalu menyamping. Dalam tari Bapang,
peperangan selalu berhadap-hadapan.
“Dalam cerita topeng Bapang, peperangan yang penting berani dahulu,
urusan kalah atau menang belakangan. Apa adanya ya harus dihadapi,” kata
Cattham.
Dalam pandangan Bapang, manusia bebas memilih apakah menjadi baik atau
jahat. Yang jelas semuanya ada tanggung jawab konsekuensinya di hadapan
Yang Maha Kuasa.
Kepala Bidang Kesenian dan Perfilman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Malang, Lilis Furqoniah mengatakan sengaja mengangkat Chattam dalam
film ini sebagai sebuah penghargaan kepada seniman. Chattam adalah
seniman senior yang pada usianya ke-71 masih tetap konsisten bergelut
dengan dunia seni.
“Tahun ini satu dulu seniman Kota Malang yang kami angkat. Tahun yang
akan datang kami akan angkat lagi lebih banyak kisah seniman asal Kota
Malang,” kata Lilis.
Sebelum diputuskan mengambil setting di Candi Badut, awalnya
pembuatan film ini akan dilakukan di atas MOG Kota Malang. Namun dengan
pertimbangan agar aurora film lebih dapat, akhirnya dipilihlah di candi
yang ada di Kota Malang ini.
“Sekalian untuk film, setting sengaja kami ambil di Candi Badut untuk mempromosikan wisata Kota Malang,” ujar Lilis. (cah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar