Selasa, 07 Januari 2014

TARI TOPENG BAPANG DIFILMKAN

Konsistensi Chattam menghidupkan kesenian khususnya tari topeng di Malang akhirnya mulai berbuah manis. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang yang getol mengapresiasi kesenian, mengangkat kehidupan guru sanggar seni Swastika ini ke dalam sebuah film, Jumat (29/7).

Mengambil setting Candi Badut, Chattam yang di film perdananya ini membawakan tari topeng Bapang ini masih nampak canggung berakting di depan kamera. Beberapa kali adegan yang dilakukan masih belum pas sesuai keinginan sutradara, sehingga harus diulang-ulang.

Chattam mengungkapkan tari topeng Bapang merupakan salah satu pertunjukan yang biasa ditarikan dalam wayang topeng Malang. Bapang konon ceritanya adalah salah satu tokoh adipati di masa Kerajaan Kadiri, Banjar Patoman.

“Beda dengan wayang kulit, atapun maupun kisah Mahabarata dalam peperangan selalu ada pembunuhan. Dalam tari Bapang meski ada peperangan tidak pernah ada pembunuhan,” jelas Chattam, Jumat (29/7).

Chattam saat membawakan tari Topeng Bapang di Candi Badut

Perbedaan lagi dengan wayang kulit ataupun wayang dari Solo dan Jogjakarta kalau berperang selalu menyamping. Dalam tari Bapang, peperangan selalu berhadap-hadapan.
“Dalam cerita topeng Bapang, peperangan yang penting berani dahulu, urusan kalah atau menang belakangan. Apa adanya ya harus dihadapi,” kata Cattham.

Dalam pandangan Bapang, manusia bebas memilih apakah menjadi baik atau jahat. Yang jelas semuanya ada tanggung jawab konsekuensinya di hadapan Yang Maha Kuasa.
Kepala Bidang Kesenian dan Perfilman Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, Lilis Furqoniah mengatakan sengaja mengangkat Chattam dalam film ini sebagai sebuah penghargaan kepada seniman. Chattam adalah seniman senior yang pada usianya ke-71 masih tetap konsisten bergelut dengan dunia seni.

“Tahun ini satu dulu seniman Kota Malang yang kami angkat. Tahun yang akan datang kami akan angkat lagi lebih banyak kisah seniman asal Kota Malang,” kata Lilis.
Sebelum diputuskan mengambil setting di Candi Badut, awalnya pembuatan film ini akan dilakukan di atas MOG Kota Malang. Namun dengan pertimbangan agar aurora film lebih dapat, akhirnya dipilihlah di candi yang ada di Kota Malang ini.
“Sekalian untuk film, setting sengaja kami ambil di Candi Badut untuk mempromosikan wisata Kota Malang,” ujar Lilis. (cah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar