Oleh Penggiat Budaya
Add caption |
Citizen6, Malang: Masyarakat Penggiat Budaya
Indonesia (MPBI) adalah gerakan masyarakat Kota Batu dan Malang, Jawa
Timur. MPBI berperan dalam mengembagkan ide, gagasan, konsep kreatif
pertunjukkan, dan membangun relasi sosial Komunitas Penggiat Seni Budaya
tradisi kepada publik.
tradisi kepada publik.
Secara kelembagaan, MPBI belum mempunyai legal
formal. Dengan bentuk konsorsium terbuka, MPBI mengajak partisipasi
berbagai unsur instansi atau komunitas manapun yang mempunyai visi dan
misi sama. Yakni menggiatkan pelestarian seni tradisi, melakukan kajian,
dan menghadirkan budaya etnik serta kearifan lokal pada masa kekinian.
Salah satunya melalui jagat digital social media.
Pengurus MPBI
atau Penggiat Budaya yang berbasis sukarelawan ini datang dari berbagai
kelompok masyarakat ini, yaitu kelompok kesenian bersangkutan, seniman
lintas genre, budayawan, aktivis sosial, organisator pemuda, pengusaha,
mahasiswa, birokrat, designer, IT, dan lain-lain.
Sejak
2008 hingga sekarang, Penggiat Budaya fokus pada kegiatan seni tradisi
yang berkembang di Malang Raya, yakni Bantengan. Pola pengembangan
gerakan ini mengusung azas gotong-royong. Pengurus Penggiat Budaya
mulanya mayoritas para penggiat dari luar komunitas seni Bantengan,
namun kini secara bertahap, sampai pada tahun ke-6, Penggiat Budaya
mengembalikan tata kelola kegiatan Bantengan Nuswantara kepada internal
komunitas Bantengan sepenuhnya.
Bantengan Nusantara-Sinergi, Harmoni, Kebersamaan Mutual
Sebelum
2008, seni Bantengan lazimnya menggelar pertunjukannya di suatu
lapangan (kalangan) dimana grup seni bantengan tersebut bertempat
tinggal. Atau pada setiap kali ada undangan hajatan, perayaan hari
besar, selamatan desa maupun karnaval 17 Agutusan. Pertunjukkan itu pun
hanya sebatas di antara masing-masing grup.
Add caption |
Bantengan
dikenal sebagai seni pertunjukan yang mentas di pojokan kampung,
simpang perempatan jalan desa atau di sudut tempat kepunden yang
dikeramatkan masyarakat. Seni Bantengan, yang akarnya berasal dari
kanuragan pencak silat, seolah-olah bukan pemain utama di pentasnya
sendiri. Hal inilah yang menjadi kegelisahan dari para penggiat seni
bantengan, yang kemudian menggalang beberapa tokoh masyarakat lintas
komunitas. Salah satunya adalah Agus Riyanto atau akrab disapa Cak
Tubrun, seniman Bantengan yang menggelar Gebyak Bantengan Nuswantara
dengan format karnaval.
Add caption |
Proses
kolaborasi internasional, sejak 2010 Bantengan Nuswantara bersama
komunitas Arts Island Festival menyelenggarakan gelar kolaborasi art performance
di Desa seni Ngroto Joyo, Pujon Malang. Kegiatan ini berjudul Kidung
Bantengan, kolaborasi music, tari kontemporer dari manca negara, dan
seni Bantengan.
Arts Island Festval adalah kelompok performance art
kontemporer dari berbagai negara, seperti Jepang, Australia, Selandia
Baru, Irlandia, Malaysia, Prancis, Indonesia, dan USA. Kolaborasi tahun
selanjutnya adalah pertunjukan Seni Keliling In The Arts Island Festival
(Juli 2011) dan sejak 2012 menjadi International Trance Carnival.
Add caption |
Setiap
tahunnya, Bantengan Nuswantara melibatkan lebih dari 100 grup
Bantengan. 6000 orang di dalamnya terdiri dari puluhan seniman tari
berkolaborasi (dalam-luar negeri), ratusan relawan panitia, yang
diapresiasi oleh ribuan penonton di sepanjang 3 kilometer rute karnaval.
Biaya
operasional kegiatan rutin (gebyak) di masing-masing wilayah kelompok
seni Bantengan diperoleh melalui iuran anggota, pengajuan donatur tokoh
masyarakat, dan dari anggaran kesenian pemerintah daerah setempat.
Seperti misalnya saat penyelenggaraan Bantengan Nuswantara,
masing-masing kelompok membiayai kelompoknya sendiri tanpa menambah
beban kepada panitia pelaksana. Notabene mereka juga termasuk dalam
kepanitiaan event tersebut.
Sampai pada tahun ke-6 ini, dana
kegiatan Bantengan Nuswantara lebih banyak berasal dari dana gotong
royong Penggiat Budaya. Mengajukan bantuan kepada pemerintah dan sponsor
juga masih belum dimaksimalkan. Meski sebenarnya kegiatan ini telah
mengangkat identitas daerah khususnya Kota Batu dan menjadi kalender
kebudayaan rutin di Jawa Timur.
Untuk lebih mengenalkan dan
memperluas apresiasi masyarakat atas seni Bantengan, disusun pula
beberapa program untuk mendukung event ini, seperti lomba fotografi
(umum), lomba film dokumenter (umum), lomba mewarnai untuk anak-anak TK,
workshop Batik Bantengan bagi ibu-ibu, pameran dokumentasi Bantengan
Nuswantara (umum dan gratis), dan pemutaran film dokumenter Bantengan
Nuswantara yang dilakukan keliling daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar